
Sophrology – Menjaga kesehatan otak sama pentingnya dengan merawat organ tubuh lainnya. Sayangnya, tidak banyak yang menyadari bahwa pilihan makanan sehari-hari bisa berdampak langsung terhadap fungsi otak. Bahkan, tanpa disadari, kebiasaan makan tertentu dapat melemahkan kinerja otak dan meningkatkan risiko gangguan kognitif seperti demensia atau Alzheimer di kemudian hari.
Dr. Ramon Velazquez, konsultan neurosains dan penasihat riset di Mind Lab Pro, menegaskan bahwa “apa yang Anda makan tidak hanya berpengaruh pada berat badan, tetapi juga membentuk masa depan otak Anda.”
Fakta ini diperkuat oleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sekitar 42% orang Amerika mengalami demensia setelah usia 55 tahun—dan salah satu pemicu utamanya adalah pola makan yang tidak sehat.
Untuk itu, penting bagi kita untuk lebih selektif dalam memilih makanan yang dikonsumsi setiap hari. Berikut ini adalah lima jenis makanan dan minuman yang patut dihindari demi menjaga kesehatan otak, sebagaimana dikutip dari berbagai sumber medis terpercaya:
- Makanan tinggi gula
Konsumsi gula berlebih dapat menyebabkan peradangan di otak dan menurunkan kemampuan berpikir serta mengingat. - Karbohidrat olahan
Seperti roti putih, pasta, dan nasi putih, yang cepat meningkatkan kadar gula darah dan dapat berdampak negatif pada fungsi kognitif. - Makanan tinggi lemak jenuh dan trans
Ditemukan pada makanan cepat saji, gorengan, dan camilan kemasan, lemak ini dapat mengganggu aliran darah ke otak dan menghambat kerja sel saraf. - Minuman beralkohol
Konsumsi alkohol secara rutin diketahui berisiko menyebabkan penyusutan volume otak dan mempercepat penurunan daya ingat. - Makanan dengan kandungan MSG berlebih
Monosodium glutamat (MSG) dalam jumlah tinggi dapat memicu kerusakan saraf jika dikonsumsi terus-menerus dalam jangka panjang.
Dengan mengenali dan menghindari makanan-makanan tersebut, kita tidak hanya melindungi tubuh secara umum, tetapi juga menjaga kesehatan otak untuk jangka panjang. Langkah kecil dalam pola makan bisa menjadi investasi besar untuk masa depan daya pikir dan kualitas hidup kita.
Bahaya Makanan Ultra-Olahan bagi Kesehatan Otak

Makanan ultra-olahan (Ultra-Processed Foods/UPF), seperti makanan kemasan instan, camilan ringan, atau makanan siap saji, mengandung kadar tinggi gula tambahan, garam, bahan pengawet, zat aditif buatan, dan lemak tidak sehat. Kandungan tersebut dapat memicu peradangan sistemik di seluruh tubuh, termasuk jaringan otak.
Dr. Ramon Velazquez menjelaskan, “Penelitian menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi makanan ultra-olahan dalam jumlah besar mengalami penurunan fungsi kognitif global 28% lebih cepat.” Salah satu alasan utama adalah kerusakan yang ditimbulkan pada koneksi antar sel-sel otak, sehingga proses berpikir, mengingat, dan fokus menjadi terganggu.
Lebih lanjut, sebuah studi yang dipublikasikan pada tahun 2022 di jurnal Neurology mengungkap bahwa peningkatan konsumsi makanan olahan sebesar 10% dapat meningkatkan risiko demensia hingga 25%. Data ini menjadi peringatan penting akan bahaya laten dari pola makan modern yang mengandalkan kepraktisan tanpa memperhatikan nilai gizi.
Sebagai langkah pencegahan, sebaiknya ganti makanan ultra-olahan dengan makanan segar, alami, dan minim proses. Pilihan seperti sayur, buah, biji-bijian utuh, dan protein tanpa lemak jauh lebih ramah bagi otak dan dapat membantu menjaga daya pikir tetap tajam hingga usia lanjut.
Bahaya Memasak dengan Suhu Tinggi bagi Kesehatan Otak
Metode memasak dengan suhu tinggi seperti menggoreng, memanggang, atau membakar ternyata dapat menghasilkan senyawa berbahaya yang disebut Advanced Glycation End-Products (AGEs). Senyawa ini terbentuk ketika protein atau lemak bergabung dengan gula dalam proses pemanasan tinggi.
Dr. Ramon Velazquez, seperti dikutip dari New York Post, menjelaskan bahwa “AGEs dapat memicu stres oksidatif dan peradangan di otak.” Kondisi ini tidak hanya merusak jaringan otak, tetapi juga berpotensi mempercepat pembentukan plak amiloid yang sering dikaitkan dengan penyakit Alzheimer.
Untuk mengurangi paparan AGEs, disarankan untuk menggunakan metode memasak yang lebih ramah bagi otak, seperti mengukus, merebus, atau menumis dengan api kecil. Selain itu, merendam makanan terlebih dahulu dalam air lemon atau cuka sebelum dimasak juga bisa membantu menekan pembentukan senyawa berbahaya ini.
Dengan mengubah cara memasak, kita dapat berkontribusi pada perlindungan kesehatan otak sekaligus menjaga kualitas gizi makanan yang dikonsumsi setiap hari.
Miras dan Alkohol
Konsumsi alkohol jangka panjang menyebabkan otak menyusut, terutama korteks prefrontal yang bertanggung jawab untuk pengambilan keputusan.
“Minum alkohol dalam jangka panjang menyebabkan otak menyusut volumenya. Hal ini terutama memengaruhi korteks prefrontal – area yang bertanggung jawab untuk pengambilan keputusan dan pemikiran rasional,” ujar Velazquez. Alkohol juga dapat menyebabkan obesitas.
Tidak ada jumlah alkohol yang aman. Jika minum, padukan dengan makanan, hindari campuran perasa buatan, dan beri waktu istirahat otak dengan beberapa hari tanpa alkohol setiap minggu.