
Sophrology – Kista ovarium adalah kondisi di mana terbentuk kantong berisi cairan pada indung telur wanita. Umumnya, kondisi ini muncul selama masa subur, yaitu antara usia 20 hingga 40 tahun, dan sering kali berkaitan erat dengan siklus menstruasi.
Menurut dr. Heryzal kepada Anugerahslot health, spesialis kebidanan dan kandungan di RS EMC Cikarang, gejala kista ovarium biasanya mulai terasa saat kista membesar atau menekan organ di sekitarnya. Beberapa tanda yang patut diwaspadai antara lain:
- Siklus menstruasi yang tidak teratur
- Nyeri di perut bagian bawah atau panggul, terutama saat berhubungan seksual
- Timbulnya jerawat secara berlebihan
- Pertumbuhan rambut berlebih di wajah atau tubuh
Meski sebagian besar kista bersifat jinak, Heryzal menegaskan pentingnya kewaspadaan, terutama jika muncul gejala yang lebih serius, seperti:
- Nyeri perut yang muncul tiba-tiba dan sangat hebat
- Demam yang disertai mual dan muntah
- Pusing, badan terasa lemas, hingga kehilangan kesadaran
- Napas terasa cepat atau sesak
Kista ovarium juga dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius, seperti torsi ovarium (puntiran indung telur), pecahnya kista, bahkan risiko kanker. Selain itu, gangguan kesuburan, diabetes, dan obesitas juga bisa menjadi dampak jangka panjang dari kondisi ini.
Oleh karena itu, dr. Heryzal mengimbau setiap wanita untuk rutin memeriksakan kondisi kesehatan reproduksi, terutama bila mengalami keluhan yang mencurigakan. Pemeriksaan sejak dini memungkinkan penanganan yang lebih efektif dan dapat mencegah komplikasi yang lebih berat.
“Jika Anda merasakan gejala yang mengarah pada kista ovarium, jangan tunda untuk berkonsultasi dengan dokter. Diagnosis yang tepat dan penanganan sesuai kondisi akan sangat membantu menjaga kesehatan jangka panjang,” tutupnya.
Penyebab Kista Ovarium: Dari Faktor Genetik hingga Gangguan Hormon

Dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dr. Heryzal, menjelaskan bahwa terbentuknya kista ovarium dapat dipicu oleh berbagai faktor, baik yang bersifat alami maupun akibat kondisi medis tertentu. Berikut beberapa penyebab umum kista ovarium yang perlu diketahui:
1. Kehamilan
Di awal kehamilan, tubuh wanita terkadang membentuk kista yang berfungsi sementara dalam mendukung perkembangan janin sebelum plasenta terbentuk. Umumnya, kista ini akan mengecil dan menghilang seiring waktu. Namun, dalam beberapa kasus, kista tetap bertahan hingga akhir kehamilan dan mungkin perlu diangkat secara medis.
2. Riwayat Genetik
Wanita yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat kista ovarium atau kanker ovarium cenderung memiliki risiko lebih tinggi mengalami kondisi serupa. Faktor keturunan ini dapat memengaruhi kecenderungan tubuh membentuk kista dan gangguan lainnya dalam sistem reproduksi.
3. Ketidakseimbangan Hormon
Gangguan pada sistem hormonal tubuh atau penggunaan obat-obatan tertentu bisa menyebabkan munculnya kista fungsional. Kista jenis ini biasanya bersifat sementara dan dapat menghilang tanpa perlu pengobatan khusus, meskipun tetap perlu diawasi melalui pemeriksaan medis.
4. Infeksi Panggul
Infeksi berat pada area panggul yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebar ke ovarium dan saluran tuba. Kondisi ini bisa menyebabkan peradangan atau terbentuknya jaringan parut, yang pada akhirnya memicu pembentukan kista.
5. Endometriosis
Endometriosis adalah kondisi ketika jaringan mirip lapisan dalam rahim tumbuh di luar rahim, termasuk di ovarium. Hal ini dapat menyebabkan terbentuknya kista endometrioma, yang sering kali menimbulkan nyeri hebat saat menstruasi atau saat berhubungan seksual. Jika tidak ditangani, endometriosis dapat menimbulkan gangguan kesuburan hingga meningkatkan risiko kanker ovarium.
dr. Heryzal mengingatkan bahwa memahami faktor penyebab kista ovarium sangat penting untuk langkah pencegahan dan deteksi dini. Pemeriksaan rutin dan perhatian terhadap gejala yang muncul dapat membantu menjaga kesehatan sistem reproduksi wanita secara optimal.
Penanganan Kista Ovarium: Diagnosis Akurat dan Tindakan Tepat

Sebelum menentukan langkah penanganan, dokter akan terlebih dahulu melakukan diagnosis menyeluruh untuk memastikan jenis, ukuran, dan sifat kista ovarium—apakah jinak atau ada potensi ganas. Beberapa metode yang umum digunakan antara lain:
- Ultrasonografi (USG)
- Magnetic Resonance Imaging (MRI)
- CT Scan
- Tes darah
- Biopsi, jika dicurigai adanya keganasan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan karakteristik kista secara detail, sehingga penanganan yang dipilih sesuai dengan kondisi pasien.
Langkah Penanganan Kista Ovarium
1. Pemantauan Rutin
Dalam banyak kasus, kista ovarium bersifat jinak dan tidak menimbulkan gejala serius. Oleh karena itu, pasien tidak selalu memerlukan pengobatan langsung. Namun, kondisi ini tetap harus dipantau secara berkala.
Pemeriksaan lanjutan seperti USG dan tes darah akan dijadwalkan rutin untuk melihat apakah kista mengalami perubahan ukuran—menyusut, menetap, atau membesar. Pemantauan ini penting karena beberapa jenis kista dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih serius, termasuk risiko kanker ovarium.
2. Operasi
Jika kista terus membesar, menimbulkan gejala yang mengganggu, atau ditemukan tanda-tanda keganasan, dokter akan mempertimbangkan tindakan bedah. Dua jenis prosedur yang umum dilakukan adalah:
- Laparoskopi
Prosedur minimal invasif yang menggunakan alat khusus dengan kamera kecil untuk mengangkat kista. Biasanya dipilih jika kista bersifat jinak dan berukuran kecil. - Laparotomi
Prosedur pembedahan terbuka yang dilakukan jika kista berukuran besar atau dicurigai mengandung sel kanker. Teknik ini memungkinkan pengangkatan kista secara menyeluruh, sekaligus pemeriksaan jaringan di sekitarnya.
Penanganan kista ovarium akan disesuaikan dengan hasil diagnosis dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting bagi setiap wanita untuk tidak mengabaikan gejala yang muncul dan segera berkonsultasi dengan dokter jika ada keluhan yang mengarah pada gangguan sistem reproduksi.