
Sophrology – Kanker kandung empedu seringkali sulit terdeteksi pada tahap awal karena gejalanya yang tidak spesifik. Namun, penting untuk mewaspadai beberapa tanda yang bisa menjadi indikasi adanya kanker kandung empedu, terutama jika Anda memiliki riwayat infeksi tifoid atau tipes.
Menurut epidemiolog Dr. Dicky Budiman, PhD., beberapa gejala awal kanker kandung empedu yang perlu diperhatikan antara lain:
- Nyeri di perut kanan atas, yang bisa terasa tumpul atau tajam, khususnya setelah mengonsumsi makanan berlemak.
- Mual, muntah, dan gangguan pencernaan seperti rasa kembung yang terus-menerus.
- Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
- Demam ringan yang berulang.
- Kuning pada kulit dan mata (ikterik), terutama jika kanker menghalangi saluran empedu.
- Feses berwarna pucat dan urine berwarna gelap.
Dr. Dicky Budiman menjelaskan kepada Anugerahslot health bahwa infeksi tifoid yang berulang dapat meningkatkan risiko kanker kandung empedu. Penyebab tifoid adalah bakteri Salmonella typhi, yang memiliki sifat karsinogenik terutama jika infeksi terjadi secara berulang atau menetap lama di kandung empedu, kondisi yang dikenal sebagai carrier state.
Dalam kondisi kolonisasi kronis di kandung empedu yang tidak tuntas diobati, Salmonella typhi dapat bertahan dalam lapisan biofilm serta batu empedu. Bakteri ini kemudian menghasilkan toksin dan senyawa pro-inflamasi, seperti nitrosamin, yang berpotensi merusak DNA sel epitel di kandung empedu.
“Peradangan kronis yang terjadi mempercepat perubahan sel normal menjadi sel kanker tipe adenokarsinoma,” terang Dr. Dicky Budiman saat menghadiri Global Conference One Health di Shenzhen, China, pada 27-30 Juni 2025.
Dengan mengenali gejala-gejala tersebut dan mengelola riwayat infeksi tifoid dengan tepat, diharapkan deteksi dini dan pencegahan kanker kandung empedu dapat lebih optimal. Jika Anda mengalami tanda-tanda yang dicurigai, segera konsultasikan ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Faktor Risiko Kanker Kandung Empedu yang Berhubungan dengan Infeksi Tifoid

Kanker kandung empedu memiliki sejumlah faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit ini, terutama yang berkaitan dengan infeksi tifoid (Salmonella typhi). Beberapa faktor risiko utama yang perlu diwaspadai adalah:
- Riwayat infeksi tifus berulang
Terutama jika mengalami lebih dari dua kali infeksi dalam kurun waktu lima tahun terakhir, risiko berkembangnya kanker kandung empedu meningkat. - Pembawa kronis Salmonella typhi
Individu yang menjadi asymptomatic carrier atau pembawa bakteri tanpa menunjukkan gejala tetap berisiko tinggi karena bakteri dapat menetap lama di kandung empedu. - Adanya batu empedu (gallstone)
Batu empedu menyediakan tempat bagi S. typhi untuk menempel dan bertahan hidup dalam bentuk biofilm, sehingga mempermudah infeksi kronis dan inflamasi berkepanjangan. - Kondisi kebersihan makanan dan air yang buruk
Daerah endemik tifoid, seperti beberapa wilayah di Indonesia, dengan sanitasi yang kurang baik, meningkatkan risiko infeksi berulang. - Usia dan jenis kelamin
Risiko kanker kandung empedu meningkat pada usia di atas 40 tahun, dan wanita diketahui memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan pria.
Tantangan Penanganan Tifus dan Risiko Kanker Kandung Empedu di Indonesia
Tifus masih menjadi masalah kesehatan yang endemis di banyak wilayah di Indonesia, terutama di daerah dengan sanitasi yang buruk, sumber air minum yang tidak bersih, serta konsumsi jajanan kaki lima yang kurang higienis. Kondisi ini menyebabkan tingginya angka infeksi tifus yang sering tidak terdiagnosis dengan tepat (underdiagnose) dan pengobatan yang tidak tuntas.
Akibatnya, banyak pasien yang menjadi pembawa kronis Salmonella typhi tanpa disadari, sehingga meningkatkan risiko berkembangnya komplikasi serius seperti kanker kandung empedu.
Selain itu, akses terhadap pemeriksaan USG abdomen yang penting untuk mendeteksi batu empedu dan infeksi kronis masih terbatas di beberapa daerah. Hal ini menyebabkan banyak kasus batu empedu dan infeksi kronis tidak terdeteksi lebih awal, sehingga memperbesar risiko komplikasi.
Kebiasaan konsumsi makanan tinggi lemak dan rendah serat, seperti gorengan dan jeroan, juga menjadi faktor yang memperburuk risiko terbentuknya batu empedu. Padahal, batu empedu merupakan tempat ideal bagi S. typhi untuk bertahan dan menyebabkan infeksi kronis.
Sayangnya, edukasi masyarakat mengenai hubungan antara infeksi kronis tifus dan risiko kanker kandung empedu masih sangat minim. Kurangnya pemahaman ini menjadi tantangan tambahan dalam upaya pencegahan dan deteksi dini penyakit yang mematikan ini.
Cara Mencegah dan Menangani Tifoid serta Risiko Kanker Kandung Empedu

Untuk mencegah tifoid atau tipus, Dr. Dicky Budiman memberikan beberapa rekomendasi penting yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain:
- Pastikan air minum sudah direbus atau diklorinasi agar bebas dari bakteri penyebab tifoid.
- Hindari mengonsumsi makanan yang terbuka dan tidak higienis, terutama jajanan pinggir jalan.
- Rajin mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air besar atau kecil untuk meminimalkan risiko infeksi.
- Lakukan vaksinasi tifoid setiap tiga tahun, khususnya bagi anak-anak dan mereka yang tinggal di daerah endemis.
Jika sudah terdiagnosis tifoid, penting untuk menjalani pengobatan hingga tuntas. Jangan menghentikan konsumsi antibiotik meskipun gejala sudah hilang. Setelah pengobatan, lakukan pemeriksaan ulang feses atau urine untuk memastikan bakteri Salmonella typhi benar-benar hilang dari tubuh.
Selain itu, deteksi dini batu empedu dan infeksi kronis sangat dianjurkan, terutama bagi yang memiliki gejala dispepsia seperti mual, muntah, dan kembung, riwayat tifoid berulang, atau berusia di atas 40 tahun. Pemeriksaan USG abdomen secara rutin dapat membantu mendeteksi kondisi tersebut lebih awal. Screening pembawa kronis S. typhi (carrier screening) juga penting dilakukan pada orang yang pernah mengalami tifoid berulang.
Terakhir, terapkan gaya hidup sehat dengan menghindari makanan tinggi kolesterol dan gorengan yang dapat meningkatkan risiko batu empedu. Sebaliknya, perbanyak konsumsi serat, sayur, serta air putih, dan lakukan olahraga secara rutin guna menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh.