
Sophrology – Varian terbaru dari COVID-19 yang dikenal dengan nama NB.1.8.1 atau dijuluki Nimbus, tengah menjadi perhatian para ahli kesehatan global. Salah satu ciri khas varian ini adalah sakit tenggorokan parah, yang digambarkan oleh pasien sebagai sensasi seperti tertusuk silet.
“Gejala umum dari varian NB.1.8.1 meliputi sakit tenggorokan yang intens, kelelahan, batuk ringan, demam, nyeri otot, dan hidung tersumbat,” jelas dr. Naveed Asif, Dokter Umum di The London General Practice, seperti dikutip dari Anugerahslot pada Selasa, 10 Juni 2025.
Namun, ia menekankan bahwa gejala dapat berbeda-beda pada setiap individu, sehingga penting bagi masyarakat untuk tetap waspada terhadap perubahan kondisi kesehatan. “Kewaspadaan adalah kunci,” tambahnya.
NB.1.8.1 merupakan salah satu varian COVID-19 yang muncul pada tahun 2025. Meskipun belum menimbulkan kekhawatiran luas, varian ini telah menarik perhatian ilmuwan dan pejabat kesehatan karena terus menunjukkan peningkatan kasus secara global.
Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) menyatakan bahwa hingga saat ini, varian tersebut baru terdeteksi dalam jumlah kecil di Inggris. Meski begitu, data dari berbagai negara menunjukkan bahwa sub-varian ini terus menyumbang peningkatan kasus COVID-19 secara internasional.
“Varian NB.1.8.1, atau Nimbus, merupakan hasil mutasi genetik dari virus COVID-19,” kata dr. Asif. Penjelasan ini sejalan dengan pernyataan dr. Chun Tang dari Pall Mall Medical, yang menyebut bahwa varian ini merupakan turunan dari varian Omicron.
“Virus seperti ini memang cenderung bermutasi seiring penyebarannya, dan hal tersebut adalah proses alami,” ujar dr. Tang.
Meski saat ini belum dikategorikan sebagai varian yang mengkhawatirkan secara global, keberadaan NB.1.8.1 memperkuat pentingnya pemantauan, vaksinasi, dan upaya pencegahan yang konsisten dalam menghadapi dinamika pandemi yang terus berkembang.
Penyebaran Global dan Karakteristik Genetik Varian NB.1.8.1 “Nimbus”

Varian NB.1.8.1 atau yang dikenal sebagai Nimbus pertama kali terdeteksi pada awal tahun 2025, menurut penjelasan dr. Chun Tang dari Pall Mall Medical. Sejak itu, varian ini telah ditemukan di sejumlah negara, termasuk Inggris, Tiongkok, dan Amerika Serikat.
“NB.1.8.1 memiliki beberapa mutasi baru yang terus diawasi secara ketat oleh para ilmuwan,” kata dr. Tang. Ia menambahkan bahwa meskipun varian ini masih merupakan turunan dari Omicron, terdapat perubahan pada bagian protein lonjakan (spike protein), yang berpotensi meningkatkan kemampuan virus untuk menyebar atau menghindari kekebalan tubuh.
Meski demikian, berdasarkan pengamatan awal, varian ini tidak menunjukkan tanda-tanda menyebabkan gejala yang lebih parah dibandingkan varian sebelumnya. “Kita masih terus mempelajarinya, tetapi sejauh ini tidak ada indikasi bahwa Nimbus menyebabkan penyakit yang lebih berat,” tambahnya.
Namun, dr. Naveed Asif menegaskan bahwa tingkat penularan varian Nimbus tampaknya lebih tinggi dibandingkan varian COVID-19 sebelumnya. Ia mencatat adanya lonjakan signifikan kasus yang dikaitkan dengan NB.1.8.1 di beberapa wilayah Asia, termasuk India, Hong Kong, Singapura, dan Thailand.
Kondisi ini memperkuat pentingnya pemantauan global dan kesiapan sistem kesehatan, karena meskipun gejala tidak lebih parah, tingkat penularan yang tinggi tetap berisiko menekan layanan kesehatan di banyak negara.
Penyebaran Global dan Penularan Varian Nimbus
Varian NB.1.8.1 atau Nimbus kini telah teridentifikasi di sekitar 22 negara, menurut keterangan dr. Naveed Asif. Meski penyebarannya meluas, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menilai bahwa risiko tambahan bagi masyarakat global masih tergolong rendah untuk saat ini.
“Vaksin COVID-19 yang ada sejauh ini dianggap masih efektif dalam mencegah gejala parah akibat infeksi varian Nimbus,” ujar Asif.
Dari sisi penularan, NB.1.8.1 menyebar dengan cara yang sama seperti varian COVID-19 sebelumnya, yaitu melalui droplet pernapasan yang keluar saat seseorang batuk, bersin, atau berbicara dalam jarak dekat.
“Penyebarannya terjadi dari orang ke orang melalui droplet, dan virus ini juga dapat bertahan di udara, terutama di ruangan tertutup dengan ventilasi yang buruk,” jelas dr. Chun Tang.
Kondisi ini menekankan kembali pentingnya praktik pencegahan dasar seperti menjaga jarak, memakai masker di ruang tertutup, memperhatikan ventilasi ruangan, dan tetap mengikuti program vaksinasi yang dianjurkan oleh otoritas kesehatan.
Pengobatan dan Pencegahan Varian COVID-19 NB.1.8.1 “Nimbus”

Untuk saat ini, pengobatan terhadap varian Nimbus tidak berbeda secara signifikan dari penanganan varian COVID-19 lainnya. Mayoritas pasien dapat pulih di rumah dengan langkah-langkah perawatan mandiri.
“Kebanyakan orang akan sembuh dengan cukup istirahat, menjaga hidrasi, dan mengonsumsi obat-obatan bebas untuk meredakan gejala,” jelas dr. Naveed Asif.
Namun, bagi pasien dengan gejala berat atau risiko komplikasi tinggi, pengobatan tambahan seperti antivirus atau antibodi monoklonal dapat direkomendasikan. “Sebaiknya selalu konsultasikan dengan dokter umum untuk mendapatkan penanganan yang sesuai dengan kondisi pribadi,” tambahnya.
Sementara itu, langkah pencegahan tetap menjadi kunci dalam menghadapi penyebaran Nimbus. Menurut dr. Chun Tang, vaksinasi, terutama dosis penguat (booster), sangat penting untuk melindungi diri dari gejala berat.
“Pastikan Anda mendapatkan vaksin COVID-19 terbaru, cuci tangan secara rutin, dan jaga ventilasi udara di dalam ruangan,” sarannya. Ia juga menyarankan untuk memakai masker di tempat ramai atau ketika berada di sekitar orang dengan kondisi rentan.
Jika ada anggota keluarga yang mulai menunjukkan gejala, disarankan untuk menjaga jarak dan membersihkan permukaan bersama secara berkala guna mencegah penularan dalam rumah tangga.