Sophrology – Bagi banyak orang Indonesia, mie instan sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian. Rasanya yang gurih, penyajian yang cepat, serta harga yang ramah di kantong menjadikannya pilihan favorit saat lapar melanda. Tak sedikit pula yang mengonsumsinya secara rutin tanpa memikirkan dampak jangka panjang bagi kesehatan.
Namun, di balik kenikmatannya, mie instan mengandung kadar natrium dan MSG yang cukup tinggi. Konsumsi berlebihan dapat memicu peningkatan tekanan darah dan berisiko menyebabkan hipertensi, stroke, hingga penyakit jantung.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan mie instan secara sering berkaitan erat dengan meningkatnya masalah kesehatan kardiovaskular. Dengan tingkat konsumsi yang tinggi di Indonesia, kesadaran akan kandungan gizi serta risikonya menjadi hal penting untuk diperhatikan.
Memahami komposisi, potensi bahaya, dan cara mengonsumsinya dengan bijak dapat membantu mengurangi risiko kesehatan di masa depan. Bagaimana fakta lengkapnya? Berikut rangkuman Anugerahslot Health untuk Anda, Selasa (12/8).
Studi: Konsumsi Mie Instan Tinggi, Pola Makan Remaja Bergeser dan Picu Masalah Gizi

Sebuah studi berjudul “Kebiasaan Konsumsi Mie Instan dan Aktivitas Fisik dengan Status Gizi pada Remaja SMA Taman Harapan 1 Kota Bekasi” karya Fika Rachmawati, Nur Intania Sofianita, Ibnu Malkan Bakhrul Ilmi, dan Iin Fatmawati dari Program Studi Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta, mengungkap tingginya peredaran mie instan di Indonesia serta bergesernya pola konsumsi di kalangan anak muda.
Mengacu pada data Riskesdas 2018 yang dikutip dalam penelitian, ketidakseimbangan gizi di kalangan remaja Indonesia masih tinggi. Tercatat prevalensi remaja bertubuh pendek (stunting) sebesar 25,7%, sangat pendek 26,9%, kurus 8,7%, sangat kurus 8,1%, berat badan berlebih 16,0%, dan obesitas 13,5%.
Penelitian tersebut juga memaparkan temuan survei UNICEF yang menyebut perubahan pola makan remaja dan minimnya aktivitas fisik sebagai penyebab utama. Banyak remaja menghabiskan waktu luang untuk aktivitas pasif seperti bermain gawai, menggunakan kendaraan ketimbang berjalan kaki, serta mengonsumsi makanan olahan—termasuk mie instan—secara berlebihan.
Kondisi ini sejalan dengan data dari World Instant Noodle Association (2022) yang menunjukkan produksi mie instan di Indonesia pada 2021 mencapai 13,27 miliar bungkus, naik 0,96% dibanding tahun sebelumnya.
Kandungan Gizi Mie Instan dan Risiko Kesehatannya

Mie instan kerap dianggap sebagai makanan tanpa gizi. Faktanya, mie instan tetap memiliki kandungan gizi, namun jumlahnya tidak signifikan. Menurut Pratiwi et al. (2021), bahan utama mie instan adalah tepung terigu yang kaya karbohidrat, tetapi rendah protein, vitamin, dan mineral.
Produk ini juga mengandung lemak dari proses penggorengan, sementara bumbu tambahan menyumbang kadar MSG dan natrium yang tinggi. Beberapa merek bahkan mengandung pengawet natrium benzoat, dengan kadar pada sebagian produk mencapai 9,1033 mg/kg—melebihi batas aman BPOM sebesar 5 mg/kg. Meski diizinkan, konsumsi berlebihan dapat mengiritasi lambung dan memperburuk kondisi penderita asma atau alergi.
Studi berjudul “Bahaya Sering Mengkonsumsi Mie Instan pada Remaja di SMA Santo Lukas Penginjil Jakarta Utara” oleh Aloysius Prima Cahya Miensugandhi dkk. menemukan variasi kandungan MSG antar produk. Dari lima sampel yang diuji, kadar MSG terendah tercatat pada sampel D sebesar 14,5%, sementara tertinggi pada sampel E sebesar 21,5%. Konsumsi MSG berlebih, yaitu di atas 0,5–2,5 gram, dapat berdampak negatif pada berbagai organ tubuh.
Risiko Kesehatan di Balik Konsumsi Mie Instan Berlebihan
Mengonsumsi mie instan secara berlebihan dapat meningkatkan risiko obesitas, hipertensi, dan penyakit kardiovaskular. Tingginya kandungan natrium di dalamnya merangsang kelenjar adrenal melepaskan adrenalin, yang memicu detak jantung lebih cepat serta kenaikan tekanan darah.
Hipertensi dikenal sebagai silent killer karena sering tidak menimbulkan gejala, tetapi dapat berujung pada komplikasi serius seperti stroke dan serangan jantung. Data menunjukkan, penderita hipertensi memiliki risiko 12 kali lipat lebih besar mengalami stroke dan 6 kali lipat lebih tinggi terkena serangan jantung.
Studi terkait juga mencatat, konsumsi mie instan erat kaitannya dengan peningkatan tekanan darah. Hal ini dipicu oleh tingginya kandungan pengawet dan MSG, serta natrium yang cukup besar per kemasan. Berdasarkan survei produk di supermarket, kandungan natrium mie instan berkisar antara 1.095 hingga 1.308 mg, dengan rata-rata 1.256 mg per kemasan.
Dampak Kesehatan Akibat Konsumsi Mie Instan Berlebihan

Mengutip Alo Dokter, mengonsumsi mie instan secara berlebihan dapat memicu berbagai masalah kesehatan, di antaranya:
- Kekurangan nutrisi – Mie instan rendah protein, serat, vitamin, dan mineral, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi harian.
- Gangguan pencernaan – Proses pencernaannya lambat sehingga membebani saluran cerna.
- Tekanan darah tinggi (hipertensi) – Kandungan natrium yang tinggi dapat memicu kenaikan tekanan darah.
- Kerusakan pembuluh darah – Tekanan darah tinggi dan kadar garam berlebih dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, termasuk serangan jantung.
- Gangguan jantung – Tingginya MSG dan garam berbahaya bagi penderita hipertensi atau gagal jantung.
- Gangguan ginjal – Penumpukan natrium dan cairan dapat menyebabkan pembengkakan serta memperburuk fungsi ginjal.
- Risiko kanker – Beberapa produk mengandung BPA pada kemasan dan etilen oksida yang berpotensi memicu kanker.
- Peradangan dan kerusakan sel – Dipicu oleh zat tambahan seperti pengawet dan perisa buatan.
- Risiko obesitas – Kandungan kalori dan lemak yang tinggi dapat memicu penambahan berat badan.
- Risiko diabetes tipe 2 – Konsumsi rutin dapat mengganggu metabolisme tubuh dan meningkatkan kadar gula darah.
Tips Konsumsi Mie Instan yang Lebih Aman untuk Kesehatan
Meski bukan makanan yang ideal untuk dikonsumsi rutin, mie instan tetap bisa dinikmati dengan cara yang lebih aman. Batasi konsumsinya maksimal 1–2 kali seminggu, dan gunakan hanya setengah bumbu agar asupan natrium serta MSG berkurang.
Tingkatkan nilai gizinya dengan menambahkan sayuran segar seperti bayam, sawi, atau wortel, serta sumber protein seperti telur atau ayam. Cara ini membantu tubuh tetap mendapatkan vitamin, mineral, dan protein yang dibutuhkan.
Setelah mengonsumsi mie instan, perbanyak minum air putih untuk membantu metabolisme natrium. Memilih produk mie instan rendah sodium juga dapat menjadi alternatif yang lebih sehat bagi tubuh.