
Sophrology – Memulai program diet seringkali menjadi tantangan, terutama bagi pemula. Banyak orang merasa bingung menentukan langkah awal dan kesulitan menjaga konsistensi. Padahal, kunci utama dalam memulai diet bukan sekadar menurunkan berat badan secara cepat, melainkan mengadopsi gaya hidup sehat yang berkelanjutan.
Menurut dr. Mulianah Daya, Sp.GK, dokter spesialis gizi klinik di Siloam Hospitals Lippo Village, penting untuk memahami konsep personalized nutrition atau nutrisi yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu.
“No one’s fit for all,” ujar Mulianah.
Ia menjelaskan bahwa setiap orang memiliki kondisi tubuh, kebutuhan nutrisi, serta faktor risiko kesehatan yang berbeda. Oleh karena itu, tidak ada satu pola diet yang cocok untuk semua orang. Memulai diet yang tepat harus diawali dengan pemahaman terhadap kondisi tubuh secara menyeluruh.
Panduan Praktis Memulai Diet Menurut dr. Mulianah:
1. Pemeriksaan Status Gizi
Langkah pertama sebelum memulai diet adalah melakukan screening status gizi. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan nutrisi spesifik berdasarkan kondisi tubuh.
Deposit Qris Disini Aja
Salah satu indikator penting adalah Indeks Massa Tubuh (IMT), yang membantu mengukur apakah berat badan seseorang sudah ideal, kelebihan, atau bahkan mengalami obesitas.
Rumus menghitung IMT:
IMT=Berat badan (kg)Tinggi badan (m)2\text{IMT} = \frac{\text{Berat badan (kg)}}{\text{Tinggi badan (m)}^2}IMT=Tinggi badan (m)2Berat badan (kg)
Contoh:
Jika seseorang memiliki berat badan 60 kg dan tinggi badan 1,70 m, maka:
IMT=601,72=602,89≈20,76IMT = \frac{60}{1,7^2} = \frac{60}{2,89} \approx 20,76IMT=1,7260=2,8960≈20,76
Kategori hasil IMT:
- Normal: 18,5 – 22,9
- Berat badan lebih: 23 – 24,9
- Obesitas: ≥ 25
Semakin tinggi nilai IMT, semakin besar risiko seseorang terkena sindrom metabolik, yakni kumpulan gangguan metabolisme yang meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan hipertensi.
2. Pemeriksaan Komposisi Tubuh

Setelah mengetahui status gizi melalui Indeks Massa Tubuh (IMT), langkah selanjutnya adalah pemeriksaan komposisi tubuh. Pemeriksaan ini penting untuk memahami lebih dalam bagaimana lemak, otot, dan cairan tubuh didistribusikan.
Seseorang bisa saja memiliki berat badan dalam kategori normal, namun menyimpan lemak berlebih di area perut. Kondisi ini dikenal sebagai obesitas visceral atau visceral obesity—jenis lemak yang tersimpan di sekitar organ dalam seperti hati, pankreas, dan usus.
Mengapa lemak visceral berbahaya?
Lemak ini tidak hanya tersembunyi, tetapi juga aktif secara metabolik. Letaknya yang dekat dengan organ vital membuatnya lebih berisiko menyebabkan berbagai penyakit, seperti:
- Sindrom metabolik
- Penyakit jantung
- Diabetes tipe 2
- Tekanan darah tinggi
Dengan memahami komposisi tubuh, seseorang dapat merancang diet dan gaya hidup yang lebih spesifik—tidak hanya fokus menurunkan angka timbangan, tetapi juga mengurangi lemak tersembunyi yang berbahaya bagi kesehatan jangka panjang.
3. Konsultasi dengan Pakar Gizi
Karena setiap individu memiliki kebutuhan nutrisi dan kondisi kesehatan yang unik, konsultasi dengan ahli gizi menjadi langkah penting dalam memulai diet yang efektif dan aman.
Dalam sesi konsultasi, biasanya dilakukan pemeriksaan mendalam, termasuk riwayat kesehatan, pola makan, aktivitas fisik, hingga preferensi makanan. Dari hasil tersebut, ahli gizi akan merancang menu dan strategi diet yang disesuaikan secara personal.
“Untuk menjelaskan ini semua, dibutuhkan sesi konsultasi yang cukup panjang,” ujar dr. Mulianah Daya.
Sesi konsultasi ini bertujuan agar program diet yang dijalankan benar-benar sesuai dengan kebutuhan tubuh pasien, bukan hanya berdasarkan tren atau asumsi umum. Dengan pendampingan profesional, risiko kesalahan diet juga bisa ditekan, seperti kekurangan zat gizi atau penurunan berat badan yang tidak sehat.
