
Sophrology – Pernahkah kamu memasang alarm untuk bangun pagi, tapi justru terbangun beberapa menit sebelumnya? Alih-alih merasa lega, banyak orang malah kesal karena waktu tidur terasa berkurang. Meski begitu, fenomena ini ternyata cukup umum dan bisa dijelaskan secara ilmiah.
Menurut Andrea Matsumura kepada Anugerahslot health, dokter spesialis tidur sekaligus juru bicara American Academy of Sleep Medicine, kebiasaan bangun sebelum alarm bukanlah kebetulan semata. Tubuh kita memang memiliki mekanisme alami yang bisa “mengantisipasi” waktu bangun.
Menariknya, penyebab fenomena ini sering dianggap sebagai semacam kemampuan istimewa—dan faktanya, bisa dilatih lewat kebiasaan tidur yang sehat.
1. Tubuh Selaras dengan Ritme Tidur
Jika kamu sering bangun tepat sebelum alarm, itu bisa menjadi tanda bahwa tubuh sudah terbiasa dengan pola tidur yang konsisten.
“Ketika seseorang rutin tidur di jam yang sama setiap malam, cukup tidur sekitar tujuh jam, dan bangun di waktu yang sama dengan perasaan segar, berarti tubuhnya telah sinkron dengan ritme sirkadian,” jelas Matsumura.
Ritme sirkadian adalah jam biologis alami yang mengatur kapan tubuh merasa mengantuk dan kapan harus terjaga, dipengaruhi oleh siklus cahaya dan kegelapan.
Saat malam hari, tubuh meningkatkan produksi hormon melatonin yang memicu rasa kantuk. Sebaliknya, cahaya pagi memberi sinyal kepada tubuh untuk bersiap menjalani aktivitas. Dengan menjaga pola tidur yang teratur, jam biologis ini akan bekerja layaknya alarm internal yang cukup akurat.
2. Kecemasan Membuat Tubuh Terbangun Lebih Cepat
Bangun sebelum alarm juga bisa menjadi tanda adanya rasa cemas. Misalnya, ketika harus berangkat lebih pagi untuk perjalanan penting atau menghadapi pekerjaan besar keesokan harinya.
Menurut Matsumura, saat tubuh “menyadari” ada agenda penting, kadar hormon stres kortisol bisa meningkat lebih awal. Tujuannya adalah membantu tubuh lebih cepat siaga sehingga terasa siap untuk beraktivitas.
Namun, kondisi ini sering disertai dengan tidur yang tidak nyenyak. Banyak orang tanpa sadar terbangun beberapa kali di tengah malam, lalu kembali tidur dengan perasaan gelisah.
“Orang yang terbiasa tidur larut malam tetapi dipaksa bangun lebih pagi biasanya akan merasa seperti tidur setengah sadar,” tambah Matsumura. Untungnya, pola tidur semacam ini bisa diperbaiki secara bertahap melalui rutinitas tidur yang lebih teratur dan sehat.
3. Kemampuan “Memprogram” Waktu Bangun
Percaya atau tidak, sebagian orang mampu melatih otaknya untuk bangun di jam tertentu tanpa bantuan alarm.
“Secara ilmiah, ada bukti tentang kekuatan sugesti dan visualisasi. Atlet, misalnya, sering membayangkan keberhasilan hingga akhirnya benar-benar terwujud. Prinsip yang sama bisa berlaku untuk waktu bangun,” jelas Matsumura.
Meski penelitian khusus mengenai hal ini masih terbatas, Matsumura meyakini bahwa sugesti diri dapat membantu menyesuaikan jam tidur dan bangun, terutama bila selaras dengan ritme biologis alami tubuh.
Kalau kamu penasaran, cobalah memberi sugesti pada diri sendiri untuk bangun di waktu tertentu malam ini. Namun, sebaiknya tetap pasang alarm sebagai cadangan agar jadwal penting tidak terlewat.