
Sophrology – Bahu merupakan salah satu sendi yang memiliki rentang gerak paling luas di tubuh manusia. Fleksibilitas ini membuat bahu sangat bermanfaat untuk berbagai aktivitas, namun sekaligus menjadikannya rentan terhadap cedera, termasuk dislokasi.
Dislokasi bahu terjadi ketika tulang lengan atas (humerus) keluar dari soket sendi bahu (glenoid). Kondisi ini umumnya dipicu oleh benturan keras, jatuh, atau gerakan memutar secara ekstrem. Tak hanya dialami oleh atlet atau pekerja dengan aktivitas fisik berat, cedera ini juga dapat terjadi pada siapa saja yang mengalami kecelakaan.
Selain menimbulkan nyeri hebat dan pembengkakan, dislokasi bahu dapat merusak ligamen, otot, bahkan saraf di sekitarnya jika tidak segera ditangani. Terdapat dua jenis dislokasi bahu:
- Dislokasi total – bonggol tulang lengan atas sepenuhnya keluar dari rongga sendi.
- Dislokasi parsial (subluksasi) – hanya sebagian bonggol tulang yang bergeser dari soketnya.
Keduanya sama-sama menyebabkan rasa sakit yang intens dan membatasi pergerakan bahu.
Memahami penyebab, gejala, dan cara pertolongan pertama pada dislokasi bahu sangatlah penting. Pengetahuan ini membantu penanganan darurat yang tepat serta menjadi langkah pencegahan untuk mengurangi risiko cedera serupa di masa depan.
Penyebab Dislokasi Bahu yang Perlu Diwaspadai

Dislokasi bahu biasanya terjadi akibat benturan keras atau gerakan mendadak yang ekstrem pada sendi bahu. Menurut Anugerahslot Clinic, cedera olahraga menjadi salah satu faktor pemicu utama, terutama pada cabang olahraga yang melibatkan kontak fisik seperti sepak bola, hoki, atau rugbi. Selain itu, ada beberapa penyebab lain yang dapat memicu terjadinya dislokasi bahu:
- Trauma dan Benturan Kuat
Cedera ini sering kali terjadi akibat benturan hebat, misalnya jatuh dengan posisi lengan terulur, kecelakaan lalu lintas, atau pukulan langsung pada bahu. Tekanan tersebut dapat mendorong tulang lengan atas (humerus) keluar dari soket bahu (glenoid). - Jatuh atau Overextensi
Terjatuh dari tangga, tersandung, atau terpeleset dengan posisi lengan menopang tubuh dapat menyebabkan dislokasi. Kecelakaan lalu lintas—baik mobil maupun motor—serta benturan langsung pada lengan atas juga dapat memicu keluarnya tulang humerus dari posisinya. - Kejang Otot yang Parah
Meskipun jarang, kontraksi otot yang sangat kuat—seperti saat mengalami kejang epilepsi atau tersengat listrik—dapat menarik sendi bahu hingga keluar dari tempatnya. - Hipermobilitas dan Faktor Genetik
Beberapa orang memiliki kelenturan ligamen yang berlebihan (hiperlaksitas) atau kelainan bawaan seperti sindrom Marfan dan Ehlers-Danlos. Kondisi ini membuat sendi menjadi kurang stabil dan lebih mudah mengalami dislokasi, bahkan tanpa trauma yang berarti. - Gerakan Berulang di Atas Kepala
Aktivitas berulang seperti berenang, melempar bola, atau pekerjaan yang sering dilakukan di atas kepala dapat melemahkan kapsul sendi dan ligamen. Hal ini meningkatkan risiko dislokasi, terutama pada atlet dan pekerja fisik. Riwayat dislokasi sebelumnya juga membuat bahu menjadi lebih rentan terhadap cedera berulang.
Gejala Dislokasi Bahu

Dislokasi bahu memiliki gejala yang bervariasi, namun ciri paling umum adalah rasa nyeri hebat yang terasa intens dan sulit ditahan pada area bahu. Menurut Mayo Clinic, beberapa tanda yang biasanya muncul meliputi:
- Nyeri Menyebar dan Memburuk saat Digunakan
Rasa sakit sering kali menjalar hingga ke leher dan lengan, dan akan semakin terasa ketika bahu digerakkan. - Perubahan Bentuk Bahu (Deformitas)
Bahu tampak tidak pada tempatnya, cacat, atau menonjol keluar secara tidak wajar akibat posisi tulang yang bergeser dari soketnya. - Pembengkakan dan Memar
Area sekitar bahu yang cedera akan mengalami bengkak dan memar, dengan warna yang dapat berubah dari kemerahan hingga kehitaman, menandakan adanya kerusakan jaringan di bawah kulit. - Keterbatasan Gerak
Penderita biasanya sulit atau bahkan tidak mampu menggerakkan lengan maupun sendi bahu sama sekali. - Gangguan Saraf
Tekanan pada saraf dapat menyebabkan mati rasa, kesemutan, atau kelemahan di leher, lengan, hingga jari-jari tangan. - Kejang Otot
Otot di sekitar bahu mungkin mengalami kontraksi yang kuat dan menyakitkan, sehingga menambah ketidaknyamanan.
Pertolongan Pertama pada Dislokasi Bahu
Jika Anda menduga seseorang mengalami dislokasi bahu, segera cari bantuan medis darurat. Jangan mencoba memasukkan kembali sendi sendiri karena hal ini dapat memperparah cedera, seperti merusak saraf atau pembuluh darah.
Sambil menunggu bantuan medis, lakukan langkah-langkah pertolongan pertama berikut:
- Imobilisasi Sendi
Stabilkan bahu yang cedera dengan menggunakan bidai (splint) atau gendongan (sling) agar sendi tetap stabil dan tidak bergerak. Hal ini membantu mengurangi nyeri dan mencegah kerusakan lebih lanjut. Cara yang tepat meliputi:- Letakkan lengan dalam posisi nyaman, biasanya di dekat dada, lalu gunakan gendongan atau sling untuk menyangga.
- Hindari memaksa lengan untuk digerakkan atau meluruskan sendi yang terlipat.
- Kompres Dingin
Tempelkan kompres es yang dibungkus handuk atau kain bersih pada area bahu yang cedera. Kompres dingin efektif untuk mengurangi nyeri dan pembengkakan dengan cara mengecilkan pembuluh darah yang pecah. Lakukan selama 15–20 menit, 3–4 kali sehari. - Pantau Sirkulasi dan Sensasi
Secara berkala periksa denyut nadi di pergelangan tangan atau jari tangan untuk memastikan aliran darah tetap lancar.
Jika bagian tangan terlihat pucat, kesemutan, mati rasa, atau tidak terdeteksi denyut nadi, segera panggil bantuan darurat. - Pereda Nyeri
Bila tersedia dan tidak ada kontraindikasi, berikan obat pereda nyeri seperti parasetamol atau ibuprofen sesuai dosis yang dianjurkan untuk membantu mengurangi rasa sakit.
Langkah Pencegahan untuk Mengurangi Risiko Dislokasi Bahu
Walaupun dislokasi bahu bisa terjadi secara tiba-tiba dan tak terduga, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk meminimalkan risikonya:
- Olahraga Teratur
Rutin berolahraga membantu menjaga kekuatan dan kelenturan otot serta sendi bahu. Otot yang kuat dapat menstabilkan sendi sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya dislokasi. Saat berpartisipasi dalam olahraga kontak atau aktivitas berisiko tinggi, pastikan selalu memakai alat pelindung yang sesuai. - Berhati-hati dalam Beraktivitas Sehari-hari
Selalu waspada agar terhindar dari risiko jatuh atau cedera, misalnya dengan tidak berdiri di tempat yang tidak stabil dan menjaga lingkungan sekitar tetap aman. - Pemanasan yang Cukup Sebelum Aktivitas Fisik
Lakukan pemanasan secara menyeluruh untuk mempersiapkan otot dan sendi sebelum berolahraga atau melakukan aktivitas berat. Hal ini penting untuk mencegah cedera akibat tekanan berlebih pada bahu. - Fisioterapi bagi yang Pernah Mengalami Dislokasi
Jika pernah mengalami dislokasi bahu sebelumnya, ikuti program fisioterapi sesuai anjuran dokter. Terapi ini berguna untuk menguatkan otot penyangga bahu dan meningkatkan stabilitas sendi, sehingga mencegah kekambuhan cedera.