
Sophrology – Merasa sedih adalah bagian alami dari kehidupan. Namun, jika kesedihan berlangsung terus-menerus dan mulai mengganggu aktivitas sehari-hari, bisa jadi itu merupakan gejala depresi yang perlu mendapat perhatian serius.
Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kasus depresi dan kecemasan meningkat hingga 25 persen secara global, terutama sebagai dampak dari tekanan psikologis selama pandemi COVID-19.
“Depresi adalah kondisi yang sangat umum,” ujar Simon A. Rego, Psy.D., kepala psikolog di Montefiore Health System. Ia menjelaskan kepada Anugerahslot health bahwa gejala depresi dapat membuat seseorang merasa kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari, baik di tempat kerja, lingkungan keluarga, maupun dunia pendidikan.
“Ketika hal-hal rutin yang dulu bisa dijalani dengan mudah tiba-tiba terasa sangat berat, itu bisa menjadi tanda bahwa Anda membutuhkan bantuan,” katanya, dikutip dari Good Housekeeping.
Senada dengan itu, Eliza W. Menninger, MD, asisten profesor psikiatri di Harvard Medical School, menekankan pentingnya memperhatikan perubahan dalam kehidupan sosial seseorang.
“Jika Anda merasa tidak seaktif biasanya, kehilangan minat terhadap hal-hal yang dulu menyenangkan, atau menarik diri dari pergaulan, itu bisa menjadi sinyal adanya masalah kesehatan mental yang perlu ditangani,” jelasnya.
Memahami tanda-tanda awal depresi dan mencari bantuan profesional adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan mental dan kualitas hidup secara keseluruhan.
Kenali Gejala Umum dan Ciri Khusus dari Berbagai Jenis Depresi
Depresi bisa muncul dalam berbagai bentuk, dengan tingkat keparahan yang bervariasi — mulai dari ringan hingga berat. Gejalanya pun dapat berbeda-beda, tergantung pada jenis depresi yang dialami serta intensitasnya.
Mengutip penjelasan dari Mayo Clinic, beberapa tanda umum dari depresi antara lain:
- Perasaan sedih mendalam, hampa, atau mudah tersinggung
- Kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas yang sebelumnya disukai
- Tubuh terasa lelah atau tidak bertenaga
- Gangguan tidur, seperti insomnia atau justru tidur berlebihan
- Perubahan nafsu makan atau berat badan
- Sulit berkonsentrasi atau membuat keputusan
- Munculnya rasa bersalah yang berlebihan atau perasaan tidak berharga
- Pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri
Selain gejala umum tersebut, beberapa jenis depresi memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya satu sama lain. Mengenali perbedaannya dapat membantu proses diagnosis dan penanganan yang lebih tepat.
Jenis-Jenis Depresi dan Ciri Khasnya

Depresi tidak selalu muncul dengan cara yang sama. Ada beberapa jenis depresi yang masing-masing memiliki ciri dan dampak berbeda. Berikut penjelasan tiga di antaranya:
1. Gangguan Depresi Mayor (Major Depressive Disorder/MDD)
Ini adalah jenis depresi yang paling dikenal dan sering terjadi. Ditandai dengan perasaan sedih mendalam yang berlangsung lebih dari dua minggu, MDD bisa menyebabkan gejala seperti kecemasan, lambatnya gerakan fisik dan proses berpikir, hingga munculnya nyeri tubuh tanpa sebab medis yang jelas.
2. Gangguan Depresi Persisten (Persistent Depressive Disorder/PDD)
Sering disebut sebagai distimia, jenis ini memiliki gejala yang lebih ringan dibandingkan MDD, namun berlangsung dalam jangka waktu yang sangat lama—bahkan bisa bertahun-tahun. Penderita PDD sering kali dianggap sebagai pribadi yang selalu murung. Pada beberapa kasus, distimia dapat disertai episode depresi mayor, yang dikenal sebagai “depresi ganda.”
3. Depresi Pascapersalinan (Postpartum Depression/PPD)
Jenis depresi ini dialami oleh sebagian ibu dalam beberapa minggu atau bulan setelah melahirkan. Selain gejala umum depresi, PPD bisa disertai rasa cemas berlebihan, rasa bersalah yang mendalam, dan kesulitan membentuk ikatan emosional dengan bayi. Dalam kondisi yang parah, ibu bisa mengalami pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya.
Mengetahui jenis depresi yang dialami adalah langkah awal yang penting untuk mendapatkan bantuan yang tepat. Jika Anda atau orang terdekat mengalami gejala serupa, segera konsultasikan ke profesional kesehatan mental.
Jenis Lain dari Gangguan Depresi

Selain gangguan depresi mayor dan distimia, terdapat bentuk-bentuk lain dari depresi yang juga perlu dikenali karena gejalanya bisa berbeda dan terkadang tidak langsung dikenali sebagai depresi.
1. Gangguan Bipolar
Meskipun sering diasosiasikan dengan fase mania—yaitu periode suasana hati yang sangat tinggi atau energi yang meledak-ledak—gangguan bipolar juga memiliki fase depresi berat. Pada fase ini, penderita dapat mengalami:
- Kelelahan ekstrem
- Kesulitan menjalankan aktivitas sehari-hari
- Pikiran untuk bunuh diri
Fase depresi pada gangguan bipolar sering kali lebih berat dibandingkan depresi biasa, dan bisa sangat mengganggu kualitas hidup penderitanya.
2. Gangguan Afektif Musiman (Seasonal Affective Disorder/SAD)
Gangguan ini muncul pada waktu tertentu dalam setahun, biasanya saat musim dingin atau periode dengan sinar matahari yang minim. Gejalanya antara lain:
- Keinginan tidur berlebihan (hipersomnia)
- Penurunan gairah seksual
- “Kabut otak” atau kesulitan berpikir jernih dan konsentrasi
SAD lebih umum terjadi di wilayah dengan musim dingin panjang dan minim cahaya matahari, dan sering kali membaik saat musim semi atau musim panas tiba.
Memahami variasi jenis depresi dapat membantu mengenali gejala lebih awal dan mencari bantuan yang sesuai. Setiap jenis depresi memerlukan pendekatan penanganan yang berbeda, jadi penting untuk mendapatkan diagnosis profesional.
Beragam Jenis Depresi dan Ciri Khasnya

Depresi bukanlah kondisi tunggal yang dialami semua orang dengan cara yang sama. Ada berbagai jenis depresi, masing-masing dengan gejala dan pemicu yang berbeda. Mengenali jenis-jenis ini sangat penting untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
1. Depresi Mayor dengan Gejala Psikotik
Jenis ini merupakan kombinasi antara depresi berat dan gejala psikotik, seperti:
- Halusinasi (mendengar suara yang tidak nyata)
- Delusi (memercayai hal-hal yang tidak sesuai kenyataan, seperti merasa dihantui dosa besar)
Gejala psikotik ini biasanya memperburuk rasa tidak berdaya atau harga diri yang rendah yang umum dialami penderita depresi mayor.
2. Gangguan Disforik Pramenstruasi (PMDD)
Lebih parah dari sindrom pramenstruasi (PMS) biasa, PMDD ditandai dengan:
- Perubahan suasana hati ekstrem
- Kecemasan berat
- Gejala depresi intens yang muncul 1–2 minggu sebelum menstruasi
PMDD bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari dan hubungan sosial.
3. Depresi Situasional
Depresi ini muncul sebagai respons terhadap peristiwa besar yang menimbulkan tekanan emosional, seperti:
- Kematian orang terkasih
- Perceraian
- Kehilangan pekerjaan
Biasanya terjadi dalam tiga bulan setelah peristiwa dan ditandai dengan perasaan sedih mendalam, menangis terus-menerus, atau merasa tak berdaya.
4. Depresi Atipikal
Meski dinamakan “atipikal”, jenis ini cukup sering terjadi. Ciri khasnya:
- Suasana hati membaik saat mengalami hal positif
- Merasa berat di tubuh (terutama lengan dan kaki)
- Sensitivitas terhadap penolakan
- Tidur berlebihan dan peningkatan nafsu makan
Depresi atipikal sering disalahartikan karena adanya respons positif sesekali.
5. Depresi Melankolik
Jenis ini tergolong berat dan memiliki gejala yang sangat khas, seperti:
- Kehilangan total kemampuan menikmati hal-hal yang dulu disukai
- Bangun pagi lebih awal dari biasanya
- Rasa bersalah berlebihan dan perasaan tidak berharga
- Gangguan tidur dan penurunan berat badan drastis
Depresi melankolik sering kali memerlukan pengobatan intensif dan pengawasan medis yang ketat.
Kesimpulan:
Depresi bisa muncul dalam berbagai bentuk dan intensitas. Memahami perbedaan jenisnya membantu seseorang atau orang terdekat untuk lebih cepat mengenali gejala dan mencari bantuan profesional yang sesuai. Terapi psikologis, obat-obatan, dan perubahan gaya hidup bisa disesuaikan dengan jenis depresi yang dialami. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental.