
Sophrology – Skoliosis merupakan kondisi kelainan bentuk tulang belakang yang membengkok ke arah samping, membentuk pola menyerupai huruf “S” atau “C”. Secara normal, tulang belakang manusia memiliki sedikit lengkungan ke depan dan belakang, tetapi jika dilihat dari belakang tetap lurus. Pada penderita skoliosis, kelengkungan ini terjadi ke kanan atau kiri secara tidak wajar.
Menurut dr. I Made Buddy Setiawan, M.Biomed, Sp.OT(K)Spine — dokter spesialis ortopedi dan traumatologi, konsultan tulang belakang di RS EMC Cikarang, Pekayon, dan Sentul — skoliosis bisa menyerang siapa saja, namun paling sering terjadi pada anak-anak dan remaja, khususnya menjelang masa pubertas. Selain itu, perempuan diketahui memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Meskipun tidak semua jenis skoliosis dapat dicegah, terutama yang bersifat idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) atau bawaan sejak lahir, ada sejumlah langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risikonya atau mencegah kondisi menjadi semakin parah. Berikut beberapa upaya yang disarankan Anugerahslot health:
1. Jaga Postur Tubuh dengan Baik
Biasakan duduk dan berdiri dalam posisi tegak. Hindari kebiasaan membungkuk atau menyandarkan berat tubuh pada satu sisi dalam waktu lama, karena hal ini bisa memengaruhi keseimbangan tulang belakang.
2. Gunakan Tas Punggung dengan Benar
Pastikan anak-anak menggunakan tas ransel dengan beban yang tidak berlebihan, dan selalu dikenakan di kedua bahu, bukan hanya salah satu. Pemakaian tas di satu sisi saja bisa memberikan tekanan tidak merata pada tulang belakang.
3. Rutin Berolahraga
Aktivitas fisik seperti berenang, yoga, dan senam punggung terbukti efektif dalam memperkuat otot-otot penyangga tulang belakang. Otot yang kuat membantu menjaga stabilitas dan posisi tulang belakang tetap seimbang.
4. Lakukan Pemeriksaan Berkala
Deteksi dini sangat penting, terutama pada masa pertumbuhan anak. Pemeriksaan rutin terhadap kondisi tulang belakang dapat membantu mengenali skoliosis lebih awal sehingga penanganannya bisa lebih efektif.
5. Perhatikan Asupan Nutrisi
Kesehatan tulang juga sangat dipengaruhi oleh nutrisi. Pastikan asupan harian mengandung cukup kalsium dan vitamin D, dua zat penting untuk menjaga kekuatan dan kepadatan tulang sejak usia dini.
Dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan sederhana tersebut, kita dapat turut serta menjaga kesehatan tulang belakang dan mengurangi risiko terjadinya skoliosis atau memperparah kondisi yang sudah ada. Pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan, apalagi jika menyangkut masa pertumbuhan anak yang sangat krusial.
Jenis-Jenis Skoliosis Berdasarkan Penyebabnya

Skoliosis bukanlah satu kondisi tunggal, melainkan memiliki beragam jenis yang diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya. Memahami jenis skoliosis sangat penting untuk menentukan pendekatan penanganan yang tepat. Berikut ini adalah beberapa jenis skoliosis yang umum dijumpai:
1. Skoliosis Idiopatik
Ini merupakan jenis skoliosis yang paling sering terjadi, mencakup sekitar 80 persen dari seluruh kasus. Penyebab pastinya belum diketahui secara pasti, sehingga disebut “idiopatik”. Skoliosis idiopatik umumnya muncul pada masa pertumbuhan anak dan remaja, terutama saat menjelang pubertas.
2. Skoliosis Kongenital
Jenis ini terjadi sejak bayi masih dalam kandungan. Skoliosis kongenital disebabkan oleh kelainan pada perkembangan tulang belakang, seperti tulang yang tidak terbentuk sempurna atau menyatu secara abnormal. Kondisi ini biasanya terdeteksi lebih awal dibanding jenis lainnya.
3. Skoliosis Neuromuskular
Skoliosis jenis ini muncul akibat gangguan pada sistem saraf dan otot yang memengaruhi kemampuan tubuh menjaga postur tulang belakang. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan skoliosis neuromuskular antara lain:
- Cerebral palsy
- Distrofi otot
- Spina bifida
Karena otot dan saraf tidak mampu menopang tulang belakang dengan baik, kurva abnormal pun dapat terbentuk.
4. Skoliosis Degeneratif
Jenis ini biasanya terjadi pada orang dewasa, terutama lansia. Penyebab utamanya adalah degenerasi atau kerusakan struktur tulang belakang, seperti yang terjadi pada kasus osteoarthritis, pengeroposan tulang (osteoporosis), atau cedera lama yang tidak tertangani dengan baik. Skoliosis degeneratif bisa menyebabkan nyeri punggung dan gangguan postur seiring waktu.
Dengan mengenali jenis skoliosis berdasarkan penyebabnya, proses diagnosis dan penanganan bisa dilakukan lebih tepat sasaran. Jika kamu ingin saya lanjutkan dengan gejala atau pengobatan untuk masing-masing jenis skoliosis, saya siap bantu menyusunnya.
Mengenali Gejala Skoliosis Sejak Dini
Gejala skoliosis dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan dan jenis kelengkungan tulang belakang yang dialami. Pada sebagian orang, skoliosis berkembang secara perlahan dan tanpa disadari, terutama pada tahap awal. Namun, ada beberapa tanda umum yang bisa dikenali, antara lain:
Tanda-Tanda Fisik Skoliosis:
- Salah satu bahu terlihat lebih tinggi dibandingkan bahu yang lain.
- Tulang belikat tampak lebih menonjol di salah satu sisi.
- Panggul tidak sejajar, terlihat condong ke satu sisi.
- Satu sisi tulang rusuk menonjol saat tubuh membungkuk ke depan.
- Postur tubuh tampak miring atau condong, seolah-olah seseorang bersandar ke satu arah.
Gejala Tambahan:
- Nyeri punggung ringan hingga sedang, terutama setelah berdiri atau duduk terlalu lama.
- Kelelahan otot punggung, akibat distribusi beban tubuh yang tidak merata.
- Dalam kasus yang lebih parah, skoliosis dapat menimbulkan gangguan pernapasan akibat tekanan tulang belakang terhadap paru-paru.
Dr. I Made Buddy Setiawan, Sp.OT(K)Spine, dari RS EMC menjelaskan, “Meskipun pada awalnya skoliosis bisa tampak ringan atau bahkan tanpa gejala yang mencolok, jika tidak ditangani dengan baik, kondisi ini dapat memengaruhi kualitas hidup secara signifikan. Mulai dari rasa nyeri yang mengganggu, gangguan postur, hingga kesulitan bernapas bisa menjadi komplikasi serius dari skoliosis.”
Oleh karena itu, penting untuk melakukan deteksi dini dan berkonsultasi dengan dokter apabila ditemukan tanda-tanda tersebut, terutama pada anak-anak dan remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Pilihan Penanganan Skoliosis Sesuai Tingkat Keparahannya

Penanganan skoliosis tidak bersifat seragam, melainkan disesuaikan dengan beberapa faktor penting seperti usia pasien, tingkat keparahan kelengkungan tulang belakang, serta jenis skoliosis yang dialami. Dalam banyak kasus, deteksi dini memainkan peran krusial dalam mencegah progresi kondisi ini. Berikut adalah beberapa metode penanganan yang umum dilakukan:
1. Pemantauan Rutin (Observasi)
Untuk kasus skoliosis ringan dengan derajat kelengkungan kurang dari 20 derajat, dokter biasanya akan menyarankan pemantauan secara berkala tanpa intervensi langsung. Tujuannya adalah untuk mengamati apakah kelengkungan tersebut bertambah seiring pertumbuhan, terutama pada anak-anak dan remaja.
2. Fisioterapi dan Latihan Terapi Khusus
Latihan fisik yang terarah dapat membantu memperkuat otot punggung, meningkatkan fleksibilitas, dan memperbaiki postur tubuh. Metode seperti Schroth Method dan SEAS (Scientific Exercise Approach to Scoliosis) telah terbukti efektif dalam memperlambat perkembangan skoliosis, terutama pada usia pertumbuhan.
3. Penggunaan Penyangga (Brace)
Brace atau penyangga punggung biasanya direkomendasikan bagi anak dan remaja dengan kurva tulang belakang antara 25 hingga 40 derajat. Meskipun brace tidak dapat menyembuhkan skoliosis, alat ini dapat mencegah kelengkungan bertambah parah, terutama jika digunakan secara disiplin selama masa pertumbuhan aktif.
4. Operasi (Spinal Fusion)
Untuk kasus skoliosis berat dengan kurva di atas 45–50 derajat, tindakan operasi fusi tulang belakang bisa menjadi pilihan. Prosedur ini bertujuan untuk meluruskan tulang belakang dan menstabilkannya agar kelengkungan tidak terus bertambah. Operasi biasanya dianjurkan jika skoliosis menyebabkan:
- Nyeri punggung hebat
- Gangguan fungsi pernapasan
- Masalah postur tubuh yang signifikan
Dr. I Made Buddy Setiawan, Sp.OT(K)Spine, mengingatkan, “Skoliosis sering kali dianggap ringan karena tidak langsung menunjukkan gejala berat. Namun jika diabaikan, dampaknya bisa sangat besar terhadap kualitas hidup. Penanganan sejak dini sangat penting untuk mencegah komplikasi di kemudian hari. Jika Anda atau anak Anda menunjukkan tanda-tanda skoliosis, segera konsultasikan ke tenaga medis profesional untuk pemeriksaan lebih lanjut dan saran yang tepat.”
Komplikasi Skoliosis
Jika tidak ditangani dengan baik, skoliosis bisa menimbulkan komplikasi jangka panjang seperti:
- Nyeri kronis: akibat tekanan tidak seimbang pada otot dan sendi.
- Gangguan pernapasan: bila lengkungan tulang belakang menekan paru-paru.
- Masalah penampilan dan kepercayaan diri: terutama pada remaja.
- Keterbatasan aktivitas fisik: karena nyeri dan kelemahan otot.