
Sophrology – Memasuki masa menopause, banyak wanita menghadapi berbagai perubahan fisik dan emosional—mulai dari fluktuasi suasana hati, penurunan energi, hingga kenaikan berat badan yang kerap terasa tak masuk akal, meski pola makan tidak berubah drastis.
Salah satu pendekatan diet yang kini semakin populer di kalangan wanita menopause adalah Diet Galveston. Namun, benarkah diet ini efektif?
Apa Itu Diet Galveston?
Diet Galveston dikembangkan oleh Dr. Mary Claire Haver, M.D., seorang dokter yang juga mengalami sendiri fase perimenopause. Melalui pengalaman pribadinya dan riset yang dilakukan Anugerahslot health, ia merancang diet ini secara khusus untuk membantu para wanita mengatasi tantangan kesehatan selama perimenopause dan menopause—terutama terkait kenaikan berat badan akibat perubahan hormonal.
Konsep utama Diet Galveston adalah menggabungkan dua pendekatan:
- Pola makan anti-inflamasi, dan
- Puasa intermiten (intermittent fasting).
Menurut Dr. Haver, tujuan diet ini bukan semata untuk menurunkan berat badan, melainkan juga untuk meningkatkan kualitas hidup dan umur panjang melalui penerapan kebiasaan makan yang lebih sehat.
“Diet ini dirancang untuk membantu memperpanjang usia harapan hidup sekaligus membangun pola makan yang sehat bagi mereka yang berada dalam fase perimenopause dan menopause,” ujar Dr. Haver seperti dikutip dari Prevention.
Bagaimana Diet Galveston Dijalankan?

Dalam praktiknya, Diet Galveston menekankan pola makan berbasis makanan utuh dan alami. Diet ini mendorong konsumsi bahan-bahan yang minim proses dan kaya nutrisi, seperti:
- Sayuran segar
- Buah-buahan rendah gula
- Biji-bijian utuh
- Lemak sehat (misalnya alpukat, minyak zaitun, kacang-kacangan)
- Protein tanpa lemak (seperti ayam tanpa kulit, ikan, atau daging rendah lemak)
Sebaliknya, makanan yang sebaiknya dihindari atau dibatasi meliputi:
- Makanan olahan
- Bahan pengawet dan aditif buatan
- Gula tambahan atau berlebihan
Contoh Menu Diet Galveston
Berikut beberapa ide menu harian yang sesuai dengan prinsip Diet Galveston:
- Pagi: Smoothie blueberry yang dicampur kolagen bubuk dan bayam segar
- Siang: Salad ayam dengan selada romaine, alpukat, dan dressing berbahan dasar minyak zaitun
- Malam: Udang scampi disajikan dengan mi zukini (zoodles)
- Makan ringan: Jamur portobello panggang yang diisi daging sapi rendah lemak
Bagaimana dengan Suplemen?
Meski bukan keharusan, Diet Galveston juga memberikan ruang untuk penggunaan suplemen, terutama bagi mereka yang ingin melengkapi kebutuhan nutrisi tertentu, seperti kolagen atau vitamin D. Namun, penggunaannya bersifat opsional dan sebaiknya disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu.
Apa Kata Para Ahli tentang Diet Galveston?

Secara umum, para ahli gizi sepakat bahwa pola makan berbasis makanan utuh dan anti-inflamasi memiliki banyak manfaat untuk kesehatan. Termasuk dalam Diet Galveston, pendekatan ini dinilai mendukung kebiasaan makan yang lebih sehat.
Pandangan Positif: Mendorong Pola Makan Sehat
Dr. Jennifer Wider, seorang pakar kesehatan wanita, mengakui nilai dari prinsip-prinsip dasar diet ini.
“Ada beberapa aspek dari diet ini yang sangat baik karena mendorong kebiasaan makan sehat—seperti konsumsi makanan utuh, lemak sehat, dan sayur-mayur, sambil menghindari makanan olahan,” jelasnya.
Catatan Penting: Biaya dan Aksesibilitas
Meski secara konsep bermanfaat, Dr. Wider juga mengingatkan bahwa Diet Galveston mungkin tidak cocok untuk semua orang, terutama dari segi biaya dan akses bahan makanan.
“Beberapa bahan makanan tidak selalu mudah didapatkan, dan program ini juga melibatkan biaya layanan tertentu,” ujarnya.
Ahli gizi Scott Keatley, R.D., turut menyoroti model layanan yang ditawarkan diet ini. Menurutnya, biaya yang dikeluarkan cenderung memberikan akses pada rencana makan yang bisa dikustomisasi dan suplemen, tetapi minim dukungan langsung.
“Dengan biaya layanan tersebut, Anda mendapatkan rencana makan ‘sesuai keinginan’ dan akses ke suplemen, yang tampaknya menyiratkan sedikit dukungan di luar itu,” tutur Keatley.
Perbandingan dan Kritik Ilmiah
Beberapa pakar membandingkan Diet Galveston dengan diet Mediterania, yang juga menekankan makanan sehat dan lemak baik—hanya saja ditambahkan elemen puasa intermiten.
Namun, Keri Gans, R.D., penulis The Small Change Diet, menyatakan bahwa klaim efektivitas diet ini—terutama untuk penurunan berat badan selama menopause—masih belum didukung oleh bukti ilmiah yang memadai.
“Diet ini pada dasarnya adalah gabungan dari beberapa diet populer yang dikemas ulang, tanpa ada riset kuat yang benar-benar mendukung klaim-klaimnya,” tegas Gans.
Singkatnya, Diet Galveston mungkin cocok bagi sebagian orang yang ingin membentuk pola makan lebih sehat selama menopause. Namun, penting untuk mempertimbangkan aspek biaya, konsistensi ilmiah, dan kebutuhan pribadi sebelum menjalankannya secara penuh.
Perubahan Hormon dan Tantangan Berat Badan di Masa Menopause
Salah satu tantangan utama yang sering dihadapi wanita saat memasuki masa menopause adalah kenaikan berat badan, meski pola makan tidak banyak berubah. Menurut Dr. Christine Greves, dokter kandungan di Rumah Sakit Winnie Palmer, kondisi ini berkaitan erat dengan perubahan hormonal.
“Pergeseran hormonal seperti penurunan kadar estrogen selama menopause memengaruhi metabolisme tubuh, yang pada akhirnya meningkatkan kecenderungan naiknya berat badan,” jelas Dr. Greves.
Karena itulah, penting bagi wanita menopause untuk menyesuaikan pola makan dan aktivitas fisik agar tetap seimbang secara metabolik dan menjaga kualitas hidup.
Diet Galveston: Sebuah Opsi, Bukan Solusi Mutlak
Meski Diet Galveston kerap disebut sebagai salah satu metode diet yang dirancang khusus untuk wanita menopause, Dr. Greves memberikan catatan penting: belum ada bukti ilmiah yang kuat yang benar-benar membuktikan efektivitas diet ini secara menyeluruh.
“Diet Galveston bisa menjadi pilihan bagi sebagian orang, namun tetap perlu diingat bahwa efektivitasnya masih belum didukung riset yang cukup,” ujarnya.
Dengan kata lain, setiap wanita sebaiknya memilih pendekatan pola makan yang sesuai dengan kondisi tubuh dan gaya hidupnya, sembari terus mengikuti panduan medis yang terpercaya. Jika Anda tertarik, saya bisa bantu menyusun panduan diet berbasis kebutuhan pribadi di masa menopause.
Alternatif Pendekatan Menangani Berat Badan Saat Menopause
Diet Galveston mungkin menjadi salah satu pilihan populer, namun bukan satu-satunya cara untuk mengelola berat badan selama masa menopause. Menurut Dr. Jessica Shepherd, dokter kandungan di Texas, pendekatan yang lebih menyeluruh sering kali memberikan hasil yang lebih efektif.
Berikut beberapa strategi yang disarankan:
- Mengurangi asupan gula, yang sering kali berkontribusi pada peradangan dan penambahan berat badan
- Mengganti kardio panjang dengan HIIT (High-Intensity Interval Training), yakni latihan intensitas tinggi dalam durasi singkat yang terbukti lebih efisien membakar lemak
- Mempertimbangkan terapi penggantian hormon (HRT) jika disarankan oleh dokter, untuk membantu menyeimbangkan kadar hormon yang menurun drastis
Sementara itu, Jessica Cording, R.D., ahli gizi dan penulis The Little Book of Game-Changers, menekankan pentingnya aktivitas fisik yang bervariasi.
“Yang sering saya lihat efektif adalah meningkatkan aktivitas fisik, namun bukan hanya dengan menambah sesi kardio. Kombinasi latihan kardiovaskular dan latihan kekuatan justru lebih ideal,” jelasnya.
Selain olahraga, pola makan juga memegang peran penting. Beberapa tips tambahan meliputi:
- Meningkatkan asupan serat untuk kesehatan pencernaan dan rasa kenyang
- Menambah konsumsi protein untuk menjaga massa otot
- Membatasi konsumsi alkohol, yang dapat mengganggu metabolisme dan kualitas tidur
Dengan kata lain, keberhasilan mengelola berat badan saat menopause tak cukup hanya mengandalkan satu metode diet. Diperlukan pendekatan holistik yang mencakup perubahan gaya hidup, pola makan sehat, dan aktivitas fisik teratur. Jika Anda ingin, saya bisa bantu menyusun jadwal latihan dan rencana makan yang sesuai untuk fase menopause.