
Selective focus of Alarm Clock with woman hand and fork which reminding us to include delicious fresh vegetables as part of a daily healthy lifestyle diet concept
Sophrology – Prolonged fasting atau puasa berkepanjangan kini menjadi salah satu metode diet yang tengah populer. Diet ini menarik perhatian banyak orang karena diklaim mampu menurunkan berat badan secara drastis—hingga 8 kilogram dalam waktu satu minggu. Namun, seberapa aman dan efektifkah metode ini jika dijalani tanpa pengawasan?
Apa Itu Prolonged Fasting?
Menurut dr. Mulianah Daya, M.Gizi, Sp.GK, AIFO-K, Spesialis Gizi Klinik dari Mayapada Hospital Tangerang, prolonged fasting adalah metode diet dengan cara berpuasa selama minimal 4 hari berturut-turut atau sekitar 100 jam tanpa asupan kalori signifikan.
“Metode ini memang terbukti dapat menurunkan berat badan secara cepat. Dalam seminggu, penurunan bisa mencapai 5 sampai 10 persen dari berat badan awal,” jelas dr. Mulianah dalam keterangannya kepada Health Anugerahslot.
Sebagai ilustrasi, seseorang dengan berat badan 80 kg bisa mengalami penurunan hingga 4–8 kg hanya dalam waktu tujuh hari.
Tidak Cocok untuk Semua Orang
Meski tampak menjanjikan, penurunan berat badan drastis ini jauh melebihi rekomendasi umum yang menyarankan penurunan ideal sekitar 0,5 hingga 1 kg per minggu. Oleh karena itu, dr. Mulianah menekankan bahwa prolonged fasting tidak cocok untuk sembarang orang, apalagi dilakukan tanpa pengawasan medis.
Metode ini lebih tepat diterapkan pada kondisi khusus seperti obesitas berat, dan itu pun dengan pemantauan ketat dari dokter spesialis gizi.
Kesimpulan:
Prolonged fasting memang bisa menjadi alternatif diet untuk penurunan berat badan yang signifikan dalam waktu singkat, namun bukan tanpa risiko. Penting untuk memastikan bahwa metode ini dijalani di bawah bimbingan ahli gizi atau tenaga medis profesional, terutama bagi yang memiliki riwayat penyakit atau kondisi kesehatan tertentu.
Karakteristik Khas Diet Prolonged Fasting

Diet prolonged fasting memiliki sejumlah ciri khas yang membedakannya dari metode puasa atau diet lainnya. Berikut ini beberapa karakteristik utamanya:
- Puasa total selama minimal 4 hari
Selama periode ini, pelaku diet tidak mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung kalori sama sekali. Hanya air mineral, teh tanpa gula, atau minuman non-kalori yang diperbolehkan. - Tubuh memasuki kondisi ketosis
Karena tidak ada asupan glukosa dari makanan, tubuh mulai memecah lemak dan memproduksi keton sebagai sumber energi utama. Kondisi ini disebut ketosis dan menjadi ciri utama puasa jangka panjang. - Penurunan kadar gula darah dan berat badan yang cepat
Tidak adanya asupan kalori memicu penurunan drastis glukosa darah, yang secara langsung berdampak pada turunnya berat badan dalam waktu singkat. - Gejala adaptasi pada sebagian orang
Selama fase awal, beberapa orang mungkin mengalami efek samping seperti lemas, pusing, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, bahkan mual. Gejala ini adalah bagian dari proses adaptasi tubuh terhadap kondisi tanpa makanan.
Karakteristik-karakteristik ini menunjukkan bahwa prolonged fasting bukan sekadar diet biasa, melainkan metode intensif yang membutuhkan kesiapan fisik dan pemantauan medis yang serius.
Panduan Aman Menjalani Diet Prolonged Fasting

Jika kamu tertarik mencoba diet prolonged fasting, penting untuk melakukannya dengan cara yang aman dan terkontrol. Berikut beberapa panduan yang sebaiknya diperhatikan:
- Konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu
Sebelum memulai, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis gizi, terutama jika kamu memiliki riwayat penyakit tertentu seperti diabetes, gangguan jantung, atau masalah pencernaan. - Jaga asupan cairan tubuh
Tetap terhidrasi adalah kunci utama. Pastikan kamu minum air putih dalam jumlah cukup sepanjang hari. Jika diperlukan, tambahkan elektrolit bebas kalori seperti natrium, kalium, dan klorida untuk menjaga keseimbangan tubuh. - Waspadai tanda-tanda dehidrasi
Selama puasa, perhatikan gejala seperti tubuh terasa sangat lemas, pusing, demam ringan, atau tangan dan kaki yang terasa dingin. Ini bisa menjadi tanda bahwa tubuh kekurangan cairan atau elektrolit. - Mulai secara bertahap
Jika kamu belum terbiasa berpuasa dalam waktu lama, cobalah mulai dengan metode intermittent fasting terlebih dahulu, seperti puasa 16:8 atau 24 jam, untuk membiasakan tubuh. - Perhatikan proses rehidrasi dan refeeding
Setelah puasa selesai, jangan langsung makan dalam porsi besar. Lakukan proses makan kembali (refeeding) secara perlahan dengan makanan ringan dan mudah dicerna, agar sistem pencernaan tidak “kaget”.
Risiko Serius di Balik Diet Prolonged Fasting
Meskipun prolonged fasting terlihat menjanjikan karena mampu menurunkan berat badan secara cepat, metode ini juga memiliki sejumlah risiko kesehatan yang perlu diwaspadai. Berikut beberapa dampak negatif yang dapat terjadi:
- Dehidrasi dan kekurangan elektrolit
Puasa berkepanjangan tanpa asupan kalori dapat menyebabkan tubuh kekurangan cairan dan elektrolit penting seperti natrium dan kalium. Kondisi ini bisa memicu penurunan kesadaran dan gangguan fungsi organ. - Penurunan massa otot
Dalam kondisi tanpa makanan, tubuh tak hanya membakar lemak, tetapi juga massa otot. Kehilangan otot secara drastis bisa menyebabkan penurunan laju metabolisme, sehingga tubuh menjadi lebih sulit membakar kalori setelah diet berakhir. - Efek yoyo
Penurunan berat badan yang terlalu cepat sering kali tidak bertahan lama. Setelah berhenti dari diet, tubuh cenderung menyimpan lebih banyak energi sebagai cadangan, yang menyebabkan berat badan naik kembali bahkan lebih tinggi dari sebelumnya. - Gangguan lambung
Tidak adanya asupan kalori dalam waktu lama bisa memicu masalah lambung seperti asam lambung naik atau iritasi, terutama bagi yang memiliki riwayat maag atau gangguan pencernaan.
“Penurunan berat badan yang terlalu cepat bisa membuat tubuh kaget. Akibatnya, berat bisa kembali naik bahkan lebih tinggi dari sebelumnya,” ujar dr. Mulianah.
Karena itu, sebelum menjalani prolonged fasting, pastikan kamu memahami risikonya dan selalu melakukan pengawasan medis agar tetap aman dan sesuai kebutuhan tubuh.