
Sophrology – Pemeriksaan dini terhadap HIV, Hepatitis B, dan Sifilis pada ibu hamil menjadi langkah vital dalam menjaga kesehatan ibu sekaligus mencegah penularan penyakit berbahaya kepada bayi. Penularan dari ibu ke anak dapat berakibat fatal, sehingga skrining darah selama masa perawatan antenatal (antenatal care/ANC) sangatlah penting.
Sebagai upaya nasional, Indonesia mengembangkan program Triple Eliminasi yang bertujuan untuk menghentikan penularan tiga penyakit menular tersebut dari ibu ke bayi. Program ini meliputi skrining awal, pengobatan yang tepat, serta imunisasi sebagai langkah preventif.
Deteksi sejak dini memungkinkan intervensi yang cepat dan efektif, sehingga secara signifikan menurunkan risiko penularan. Langkah ini juga mendukung perlindungan jangka panjang terhadap kesehatan ibu dan anak.
Sebuah studi berjudul MENJAGA yang dilakukan oleh tim dari Pusat Kedokteran Tropis (PKT) Universitas Gadjah Mada (UGM) menunjukkan hasil yang menggembirakan: adanya peningkatan cakupan pemeriksaan di sejumlah puskesmas. Studi ini menyoroti pentingnya inovasi layanan dan sinergi lintas sektor dalam memastikan pemeriksaan dilakukan sejak trimester pertama kehamilan.
Inovasi-inovasi tersebut terbukti efektif dalam memperluas akses tes HIV, Sifilis, dan Hepatitis B bagi ibu hamil, memperkuat upaya pencegahan dini dan memberikan harapan terhadap eliminasi penularan penyakit menular dari ibu ke anak di masa depan.
Triple Eliminasi: Deteksi Dini HIV, Hepatitis B, dan Sifilis Sangat Penting Sejak Awal Kehamilan
Deteksi dini terhadap HIV, Hepatitis B, dan Sifilis sejak trimester pertama kehamilan menjadi langkah penting dalam menjaga kesehatan ibu dan mencegah penularan penyakit ke bayi. Melalui program Triple Eliminasi, pemerintah mendorong skrining dan penanganan dini guna mengurangi risiko komplikasi dan penularan vertikal.
Pemeriksaan rutin selama layanan antenatal care (ANC) menjadi kunci utama. Tes darah memungkinkan infeksi terdeteksi sejak dini, sehingga intervensi bisa segera dilakukan. Misalnya, terapi antiretroviral bagi ibu dengan HIV dan pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi telah terbukti sangat efektif dalam mencegah penularan.
Menurut Prof. Ari Probandari, peneliti utama dari Pusat Kedokteran Tropis (PKT) UGM, upaya deteksi dini ini telah menunjukkan hasil positif di sejumlah wilayah. “Intervensi di kedua wilayah itu berhasil meningkatkan cakupan tes HIV, sifilis, dan hepatitis B pada ibu hamil secara signifikan melalui inovasi layanan berbasis puskesmas dan kolaborasi lintas sektor,” jelasnya seperti dikutip dari laman ugm.ac.id.
Langkah ini menunjukkan bahwa sinergi antara fasilitas layanan kesehatan dan berbagai pemangku kepentingan sangat berperan dalam mendukung keberhasilan program Triple Eliminasi, sekaligus memperkuat sistem perlindungan kesehatan ibu dan anak.
Puskesmas Rumpin Raih Peningkatan Tertinggi dalam Program Triple Eliminasi Berkat Metode CQI
Puskesmas Rumpin, Kabupaten Bogor, mencatat prestasi luar biasa dalam peningkatan cakupan pemeriksaan program Triple Eliminasi yang meliputi deteksi dini HIV, Hepatitis B, dan Sifilis pada ibu hamil. Awalnya, cakupan pemeriksaan pada trimester pertama hanya mencapai 50%. Namun setelah menerapkan pendekatan Continuous Quality Improvement (CQI), angka tersebut melonjak drastis hingga 126,8%.
Penerapan metode CQI memungkinkan tim kesehatan untuk melakukan analisis akar masalah secara sistematis dan mengembangkan solusi yang sesuai dengan konteks lokal. Selain itu, keterlibatan aktif tenaga kesehatan menjadi kunci utama keberhasilan dalam meningkatkan cakupan layanan.
“Peningkatan di Puskesmas Rumpin ini menjadi yang tertinggi dibanding puskesmas lainnya setelah dilakukan intervensi,” ujar Prof. Ari Probandari, peneliti dari Pusat Kedokteran Tropis UGM.
Kepala Puskesmas Rumpin, dr. Kuncahyo Sri Harri Murthi, menambahkan bahwa keberhasilan ini tidak hanya berdampak langsung pada peningkatan kualitas layanan kesehatan, tetapi juga mendapatkan pengakuan luas. “Berkat studi ini, inovasi kami berhasil meraih juara 1 dalam lomba inovasi di tingkat kabupaten,” ungkapnya.
Keberhasilan Puskesmas Rumpin menjadi contoh nyata bahwa peningkatan kualitas layanan kesehatan dasar dapat dicapai melalui pendekatan inovatif dan kolaboratif yang berkelanjutan.